Laras / Tangga Nada
Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian yang sama dengan tangga nada pada musik Barat, yakni: deretan nada-nada, baik turun maupun naik, yang disusun dalam satu gembyang (oktav) dengan swarantara (interval) tertentu.
Satu gembyang adalah jarak antara satu nada ke nada yang sama di
atasnya (misalnya dari 1 ke 1’ tinggi). Seperti kita ketahui bahwa pada
teori musik Barat, satu gembyang berjarak 1200 sen.
Sementara swarantara adalah jarak antara nada satu ke nada berikutnya
(misalnya 1 ke 2, 2 ke 3, dan seterusnya). Perbedaan laras Sunda dengan
tangga nada musik Barat adalah, apabila pada tangga nada musik Barat
penomoran nada diatur naik dari nada rendah ke nada tinggi (berjumlah 7 nada pokok), maka pada laras Sunda penomoran diatur menurun dari nada tinggi ke nada rendah (berjumlah 5 nada pokok).
Dalam karawitan Sunda dikenal empat laras pokok, yaitu: laras pelog, laras salendro (yang keduanya dikenal juga di Jawa dan Bali), laras madenda/sorog, dan laras Degung
(yang kedua terakhir ini hanya dikenal di daerah Sunda). Keempat laras
ini masing-masing memiliki perbedaan pada swarantaranya. Raden Machjar
Angga Koemoemadinata dalam buku Ilmu Seni Raras (1969) telah
membagi perbedaan swarantara pada laras-laras tersebut, namun uraian
mengenai hal itu akan memerlukan pembahasan yang terlalu panjang. Dalam
tulisan ini, yang diperlukan adalah perbedaan swarantara pada laras
Degung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar